Minggu, 18 September 2011

tulisan (pertama?)


   Aslmkm (lirik lagu raihan)

Ya, salam dan doa bagi kita semua..

Saya ingat di tempat parkir ptbs, teman2 satu jalesveva jayamahe memberikan uang sekedar 1000 atau 500 rupiah.. Akan tetapi saya hanya mengucapkan kata ajaib bin luar biasa dahsyatnya "Assalammu'alaikum" dan alhamdulillah tukang parkir (keterangan) menjawabnya (wa'alaikumussalam)..
Yakin, bahwa apa yang saya berikan jauh lebih berharga daripada hanya sekedar 1000 rupiah atau 500 rupiah... Apalagi cuma bwt rokok, (Ya Allah, aku berlindung dari benda yang satu itu,  aduh, paru2 pemberian Tuhan semesta alam yang tidak ternilai harganya ini, jangan sampai rusak/dirusaki oleh benda murahan itu)

Itu hanyalah sedikit prolog dari tulisan saya yang pertama akan diterbitkan ini...

((Secara bang dea udah nanya "wildan, nte udah brapa tahun kuliah?" Saya jawab dengan cuek (lagi makan soalnya) "udah maw dua tahun bang" trus di balas "udah pernah nulis di media massa blom?" Ane jawab "blom pernah bang" trus yang paling menohok "udah maw dua tahun kuliah blom pernah nulis di media?? Nte kuliah ngapain aja??"( Bagi yang kenal, bang dea, tahu kan? Ngomongnya si pelan tapi beeh) Ujar bang dea, wah tentu saja saya hanya bisa senyum sambil buang napas... Tapi mulai dari situ, dimulai dari hati, ane bertekad "oke bang hari ini dan sebelumnya atau masa lalu lah lw boleh menang, tapi besok.. Besok adalah masa2 gw bereskalasi untuk menjawab pertanyaan menohok itu dan alhamdulillah...... Saat saya.... Eh bagian ini ntar dulu ok, yang baru tahu baru al ikhwaners dan kos2an bocah ( pada tau bocah mxsud ane kan?), dekanat, humas unpad dan rektorat beserta jajarannya, pokoknya alhamdulllah)) keterangan nya banyak bgt yak? Gpplah toh tulisan saya yang pertama ini saya dedikasikan untuk kakanda dea yang selalu memotivasi, walau kadang dengan cara merendahkan...(Peace bang)..

Assalamu'alaikum Brunei!!

ini merupakan kewajiban bagi saya untuk menulis pengalaman saya di Brunei untuk memberi oleh2 motivasi dan inspirasi kepada yang lain dan bukan untuk pamer atau berbangga diri (Ya Allah lindungilah hamba-Mu ini dari sifat berbangga diri) serius cuma buat oleh2, secara barang2 dsana mahal bgt!!

Oke lanjut, kenapa brunei??

Ini pertama bokap gw ( Imam yang selalu saya banggakan, atuh da emang nama bapak saya Imam), he said "Wildan, jika ingin memajukan Indonesia maka lihatlah keluar negeri, lihatlah bagaimana mereka memajukan bahkan mengembangkan negaranya" saya yang saat itu masih smp hanya berujar iyaa pak..( Masih terlena karena bokap beli mobil baru).. Tetapi Imam yang sata banggakan itu saya, sedang berujar, "lihat wil, jakarta ini banyak polisi, tapi tetep saja macet, bahkan kadang tak beraturan, coba bandingkan.. Waktu bapak di jepang, semua teratur, padahal polisi jarang sekali ada di jalan, mereka taat pada sistem" dan lagi2 anak kecil lumut itu hanya berujar "iyaa pak"... Oke... 6 tahun kemudian sampailah saya di Bem Kema Unpad ( ingatkan saya untuk menulis bagian yang hilang inii, okey?) Ada Teh Nuni, ada teh Lia.. Trus Kang Asep Kang Firman beserta jajarannya di progresif.. Pokoknya banyak banget orang2 progresisfers yang menginspirasi, sangat berpengaruh dlm kehidupan saya ini... Mereka memberikan sesuatu yang luar biasa... (Ingatkan saya untuk menullis bagaimana pengaruh progresifers mempengaruhi kehidupan saya) ingetin part 2

Ok lanjut, kenapa brunei?? Part 2

Ini disebabkan, saat itu di haryanti (tepatnya menuju haryanti) saya ditelpon oleh seseorang harus segera bersiap2 untuk berangkat ke brunei mewakili indonesia dalam acara Asean Campus gtu deh.. Sampai di haryanti, sambil mengucap kata syukur "alhamdulillah, bang mamat, bang firman, kang yan, Bos Ali, paper ane ketrima d brunei" mereka dengan tidak serempak menjawab dengan kata suci tersebut, ini versi bang mamat ( pada tahu kan bang mamat, ini loh Kang Ahmad Fakhrudin Isfron, beuh Presma Unpad but Ex..) Lanjut versinya beliau "Alhamdulillah dan... Akhirnya paper nte ketrima juga...". Ane jawab "iyaaa kang" senyum sumringah... Tunggu, mengapa jajaran petinggi itu berkumpul ya? Owh.... Pada saat itu kita abis rapat (rapat nya bareng teh ai) tentang Motivaction (apa itu?? Nantikan kemunculannnya)...

Wah, banyak kejutan ya...

Saya teringat sekitar 6 bulan sebelumnya (kalo g salah) saat itu teh lia maw ke jerman... Wah trus saya dsuru jadi pjs kadrisasi... Ya Allah, dosa apa saya tiba2 disuruh eh dimintai tolong amanah ini... Scara, msh maba, lumut, pokoknya blom profesional lah.., tapi kakak gw bicara (jarang2 ni orang ngasih gw kata2 mutiara, tapi dia adalah salah satu yang menjadi inspirasi) "Dan, kadang kepercayaan mengalahkan profesionalitas" beuh, padahal ngomongnya sambil ngantuk2 tidur gtu..

Trus teh, ko bisa ke jerman? Trus teh lia jelasin dari a-z (termasuk motivasi), dari situ saya banyak dikirim link2 conference ke luar negeri..
Wah dari sini saya coba2 saya inget, paper pertama saya

Resume Buku “Menikmati Demokrasi Strategi Dakwah Meraih Kemenangan” M. Anis Matta


Bismillahirrahmanirrahim…
Resume Buku “Menikmati Demokrasi Strategi Dakwah Meraih Kemenangan” M. Anis Matta
Insya Allah saya tidak akan membahas perjudul tapi apa yang saya dapatkan dari buku ini beserta opini saya..
                Beliau mungkin melihat sesuatu yang agak sedikit menyimpang. Baik secara organisaional, ataupun individu. Maka dihimbau kepada kita, para pengikut gerbong dakwah ini untuk berhenti sejenak, merenung, beristirahat sambil berpikir, menghilangkan kepenatan sejenak. Dirasa memang perlu selain untuk “recharge” juga untuk “remake” strategi yang sudah atau sedang diterapkan. Tentu ini semua perlu perenungan yang mendalam. Evaluasi pribadi lalu, dalam evaluasi keseluruhan group setelah itu kembali berjuang. Kembali ke jalan perjuangan (baca: jihad fisabilillah) untuk projects yang dibangun tahap demi tahap, membangun, atau kembali membangun kehidupan yang bereferensikan Islam sebagai sumbernya. Ya tentu ini bukanlah hal yang mudah tetapi juga, sangat yakin bahwa ini bukanlah “hil yang mustahal”. Berjuang untuk Allah maka Allah akan menolong kita, lalu kita hanya berdiam dan menunggu pertolongan Allah datang dan membumihanguskan semuanya ?? tentu tidak! Kematangan strategi yang dibuat juga merupakan pertolongan Allah dan harus dikerjakan hambanya. Di buku ini, Ustadz Anis Matta setidaknya membuat strategi secara general, dengan empat tahap.
1.       Organisasi yang kuat dan solid sebagai kekutan utama
2.       Membangun basis sosial yang luas dan merata
3.       Membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan dakwah
4.       Institusi Negara.
Saya jabarkan sedikit, organisasi ini benar-benar sebagai dasar dari segala yang akan dibuat untuk melanjutkan “project”. Oleh karena itu, ini perlu diisi oleh orang-orang yang tahan banting  akan amanah nya yang luar biasa. Basis sosial sebagai pendukung dakwah, kalau organisasi dasar memerlukan orang-orang yang paham akan “project” maka bersifat agak tertutup, maka basis sosial ini yang bersifat agak terbuka karena massa bisa dihimpun disini. Lalu membangun institusi pendukung, ini perlu untuk sebelum sampai ke tahapan insitusi negara sebagai gerakan pendukung, persiapan untuk mengisi di dalam berbagai lembaga baik ilmiah maupun sosial, termasuk lembaga negara. Lalu yang keempat institusi negara, ini seperti “pelegalan dakwah dalam perundang-undangan negara”  karena darisini, dari institusi negara ini adalah sarana besar yang menyebarkan kebaikan. Jika boleh saya tambahkan, dari negara ini kita bisa memperbaiki hubungan dengan Malaysia, tidak hanya memperbaiki, jika di Malaysia juga sudah mencapai tahap negara (entah bagaimana tahapan disana) kita bisa membangun 3 basis kekuatan Islam dunia, Indonesia dengan Malaysia sebagai basis kekuatan Islam Asia, Lalu Di Afrika ada Mesir sebagai basisnya, dan Eropa ada Turki (anggap Turki sebagai basis untuk masuk ke dalam jaringan Eropa), Ah Ya Allah TRIANGLE inilah yang sedang saya susun untuk-MU.   
               


Tentang demokrasi yang menjadi tema besar buku ini, beliau mengatakan bahwa ini adalah “sistem” yang pailng serasi dengan atau untuk mengembangkan dakwah islam karena ada “asas” kebebasan disini. Tetapi ada kalanya bahwa sistem ini membebaskan pula “yang salah akan menjadi benar” dengan legalisasi perundang-undangan. Disinilah letak mata pisau yang menusuk dakwah islam. Ya…., bagaimana hal positif dalam referensi islam bisa terlegalisasi dengan perundang-undangan dan bagaimana hal negatif dalam islam bisa benar-benar terlarang secara legal. Disini di bahas ada 3 hal yang harus dilakukanm agar semua itu tercapai. Pertama adalah menangkanlah wancana publik, diketahui bahwa kita juga memerlukan kekuatan bukan hanya kualitas tetapi juga kuantitas. Karena demokrasi ini menuntut bukanlah partai terbaik tetapi partai yang pemilih nya paling banyak, walaupun salah satu indicator untuk mencapai itu adalah kembali ke kualitas. Kedua, buat draf pelegalan tentang undang-undang yang diajukan kepada lembaga legislatif. Sekali lagi saya katakana ini adal;ah hal penting dalam demokrasi, bagaimana undang-undang itu melegalkan “referensi islam”. Ketiga, memastikan bahwa para eksekutif mengeksekusinya, inilah hal yang sulit jika para eksekutif itu belum mengerti esensi dalam setiap pelaksanaanya.
Disebutkan bahwa ketiga hal tersebut adalah pusat kekuasaan, wacana public, legalisasi, eksekusi dari para eksekutif. Ada hal menarik, menurut saya dalam hal menguasai wacana public ada baik nya atau ada penting nya media ada yang kita “pegang” sekali lagi bukan mengusasai media, tetapi bagaimana ada salah satu media besar yang berpengaruh dan kita memegang dan menopangnya. Dan issue maker itu (sekali lagi dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki) adalah media dan akan saling memperkuat dengan media yang lain. Disinilah diperlukan para “orang-orang cerdas untuk mengisi lembaga-lembaga yang berpengaruh di negeri ini. Lebih jauh kita memerlukan (bahasa saya) “bocah-bocah pintar” bocah = pemuda, pemuda (pemuda). Untuk menyusun apa kelanjutan dari pondasi yang sudah di bangun para pemuda dan para pembangun peradaban, khusus untuk bocah-bocah pintar ini, mereka setidaknya harus luar biasa dengan menguasai ilmu agama dan ilmu-ilmu keduniawian (walaupun semua pasti berhubungan dengan agama). Mereka akan terus menerus belajar sampai liang lahat dan tidak akan pernah berhenti sampai institusi negara sebagai “sarana” untuk berdakwah tercapai
Apakah berhenti? Tentu tidak, belum lagi jika ada isolasi politik yang dilakukan musuh-musuh islam, sebelum itu terjadi, koalisi sudah harus diabangumn sebelum mencapai tahap sarana negara. Dalam setiap perubahan pasti ada celah dimana ada sesuatu hal lain yang terjadi selain perubahan itu sendiri, seperti kemunculan Indonesia di tengah perang dunia ke dua, bukan hanya menunggu momen tapi bagaimana menciptakan momen dan dan mengambil peluang dan tentunya dengan menganalisis berbagai hal. Selain itu, politik adalah dunia yang abu-abu, walaupun tidak semua berpendapat seperti itu tetapi paling tidak kita harus akui bahwa ini dunia “liar”. Tempat dimana semuda ide dari yang paling baik dan yang paling gila atau bahkan tidak manusiawi bisa diterima disini. Selain itu semakin liar politik ini, mungkin bisa mengurangi “sense” apalagi ilmu dan ibadah.

  
Berhati-hati dan membangun benteng iman dengan doa dan al-Qur’an agar terhindar dari kedangkalan, kebodohan, ketidakmatangan.
Setelah mengoreksi diri sendiri atau secara individu, setelah itu kita mengenal mekanisme syuro, mekanisme dimana diputuskan secara berjama’ah dalam berbagai hal yang memang memerlukan keunggulan pemikiran kolektif. Lalu karena syuro ini bertujuan dan dilakukan karena Allah SWT, kita bertenang-tenang saja, tentu saja tidak . Syuro ini mengedepankan asas berjama’ah dan unggul hanya karena mengkolektifkan gagasan daripada hanya individual. Karena itu bersifat relative dan hal penting disini adalah bagaimana mengantisipasi jika terjadi ketidaktepatan. Seiring dengan realativitas keputusan syuro, maka juga relatf untuk mengubah segala keputusan yang sudah dibuat. Insya Allah prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Lalu jika terjadi kesalahan, resiko bisa ditanggung bersama dan tidak dibebankan kepada satu orang.
Satu hal lagi tentang syuro, alangkah tidak lengkap apabila kita tidak membahas tentang mengelola “ikhlas dalam ketidaksetujuan”. Tunggu, sebelum tidak setuju, alangkah baiknya kita kembali melihat dalam sendiri terlebih dahulu. Jika kita berpendapat, apakah itu berdasarkan pengalaman yang jelas atau ilmiah yang mendalam? Atau hanya lintasan pikiran? Dalama mekanisme syuro hindari lintasan pikiran apalagi sampai terbawa nafsu hanya karena lintasan pikiran yang dipertahankan. Saya akui bahwa terkadang ada inspirasi atau bahkan ide yang menarik, tetapi jika dilhat alangkah baik nya dengan langkah yang sudah diketahui bahwa langkah itu menuju ke tempat yang benar. Kedua, apakah ada “obsesi jiwa” atau kepentingan pribadi dalam pandapat kita? Ini harus dihentikan dari dalam, bukan dari luar berhenti memenangkan gengsi. Lalu apabila pendapat kita benar, pendapat yang diputuskan adalah pendapat yang salah, maka yang harus dipertahankan adalah keutuhan jama’ah. Sesungguhnya kita akan belajar banyaktentang keikhlasan disini, belajar melapangkan dada.
 Di buku ini juga dibahas akan pentingnya membaca zaman, sangat esensi dalam hal memindahakan atau memutuskan sesuatu terkait perkembangan zaman. Dengan tentu mempunyai metode yang bervariasi dalam menghadapi perkembangan zaman. Selain itu membaca pikiran juga menentukan seberapa jauh orang dapat mempengaruhi sikap dan pikiran. Adalah bagaimana menemuka pemikiran inti dari bernagai macam pikiran yang orang lain gunakan walaupun bisa saja buka yan terpikirkan oleh mereka. Lalu optimism yang sering dipadukan dengan objektivitas bisa membuat kita melupakan data-data yang lain termasuk data esensi yang digunakan musuh. Anrtara sikap ekstrim yang terlalu meremehkan musuh dan sikap ekstrim yang terlalu membesarkan musuh, jebakan kedua sikap itu yang selanjutnya membuat optimis dan pesimis secara berlebihan.
Syukur alhamdulillah bahwa kita adalah bagian dari dakwah ini, menjadi bagian yang apabila paling tidak membuat kita “malu” dan “sadar” saat akan atau sedang atau setelah  melakukan kesalahan. Itulah yang membuat performansi terutama dalam biang moral kita kuat. Masalahnya adalah belumnya semua lembaga yang didalamnya membutuhkan spesialis berasal dari golongan para kader dakwah ini. dan itu berarti kita juga memerlukan kapsitas leadership, ekonomi, politik, budaya, dan spesialis dalam bidang keilmuan lainnya supaya kita bisa menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang siap diberi amanah mengelola suatu negara, (saya bermimpi, bukan hanya negara, tapi menguasai PBB atau paling tidak menunjukkan taring seperti Ahmadinejad).

Resume Buku

Bismillahirrahmanirrahim…
Resume Buku “Menikmati Demokrasi Strategi Dakwah Meraih Kemenangan” M. Anis Matta
Insya Allah saya tidak akan membahas perjudul tapi apa yang saya dapatkan dari buku ini beserta opini saya..
                Beliau mungkin melihat sesuatu yang agak sedikit menyimpang. Baik secara organisaional, ataupun individu. Maka dihimbau kepada kita, para pengikut gerbong dakwah ini untuk berhenti sejenak, merenung, beristirahat sambil berpikir, menghilangkan kepenatan sejenak. Dirasa memang perlu selain untuk “recharge” juga untuk “remake” strategi yang sudah atau sedang diterapkan. Tentu ini semua perlu perenungan yang mendalam. Evaluasi pribadi lalu, dalam evaluasi keseluruhan group setelah itu kembali berjuang. Kembali ke jalan perjuangan (baca: jihad fisabilillah) untuk projects yang dibangun tahap demi tahap, membangun, atau kembali membangun kehidupan yang bereferensikan Islam sebagai sumbernya. Ya tentu ini bukanlah hal yang mudah tetapi juga, sangat yakin bahwa ini bukanlah “hil yang mustahal”. Berjuang untuk Allah maka Allah akan menolong kita, lalu kita hanya berdiam dan menunggu pertolongan Allah datang dan membumihanguskan semuanya ?? tentu tidak! Kematangan strategi yang dibuat juga merupakan pertolongan Allah dan harus dikerjakan hambanya. Di buku ini, Ustadz Anis Matta setidaknya membuat strategi secara general, dengan empat tahap.
1.       Organisasi yang kuat dan solid sebagai kekutan utama
2.       Membangun basis sosial yang luas dan merata
3.       Membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan dakwah
4.       Institusi Negara.
Saya jabarkan sedikit, organisasi ini benar-benar sebagai dasar dari segala yang akan dibuat untuk melanjutkan “project”. Oleh karena itu, ini perlu diisi oleh orang-orang yang tahan banting  akan amanah nya yang luar biasa. Basis sosial sebagai pendukung dakwah, kalau organisasi dasar memerlukan orang-orang yang paham akan “project” maka bersifat agak tertutup, maka basis sosial ini yang bersifat agak terbuka karena massa bisa dihimpun disini. Lalu membangun institusi pendukung, ini perlu untuk sebelum sampai ke tahapan insitusi negara sebagai gerakan pendukung, persiapan untuk mengisi di dalam berbagai lembaga baik ilmiah maupun sosial, termasuk lembaga negara. Lalu yang keempat institusi negara, ini seperti “pelegalan dakwah dalam perundang-undangan negara”  karena darisini, dari institusi negara ini adalah sarana besar yang menyebarkan kebaikan. Jika boleh saya tambahkan, dari negara ini kita bisa memperbaiki hubungan dengan Malaysia, tidak hanya memperbaiki, jika di Malaysia juga sudah mencapai tahap negara (entah bagaimana tahapan disana) kita bisa membangun 3 basis kekuatan Islam dunia, Indonesia dengan Malaysia sebagai basis kekuatan Islam Asia, Lalu Di Afrika ada Mesir sebagai basisnya, dan Eropa ada Turki (anggap Turki sebagai basis untuk masuk ke dalam jaringan Eropa), Ah Ya Allah TRIANGLE inilah yang sedang saya susun untuk-MU.   
               


Tentang demokrasi yang menjadi tema besar buku ini, beliau mengatakan bahwa ini adalah “sistem” yang pailng serasi dengan atau untuk mengembangkan dakwah islam karena ada “asas” kebebasan disini. Tetapi ada kalanya bahwa sistem ini membebaskan pula “yang salah akan menjadi benar” dengan legalisasi perundang-undangan. Disinilah letak mata pisau yang menusuk dakwah islam. Ya…., bagaimana hal positif dalam referensi islam bisa terlegalisasi dengan perundang-undangan dan bagaimana hal negatif dalam islam bisa benar-benar terlarang secara legal. Disini di bahas ada 3 hal yang harus dilakukanm agar semua itu tercapai. Pertama adalah menangkanlah wancana publik, diketahui bahwa kita juga memerlukan kekuatan bukan hanya kualitas tetapi juga kuantitas. Karena demokrasi ini menuntut bukanlah partai terbaik tetapi partai yang pemilih nya paling banyak, walaupun salah satu indicator untuk mencapai itu adalah kembali ke kualitas. Kedua, buat draf pelegalan tentang undang-undang yang diajukan kepada lembaga legislatif. Sekali lagi saya katakana ini adal;ah hal penting dalam demokrasi, bagaimana undang-undang itu melegalkan “referensi islam”. Ketiga, memastikan bahwa para eksekutif mengeksekusinya, inilah hal yang sulit jika para eksekutif itu belum mengerti esensi dalam setiap pelaksanaanya.
Disebutkan bahwa ketiga hal tersebut adalah pusat kekuasaan, wacana public, legalisasi, eksekusi dari para eksekutif. Ada hal menarik, menurut saya dalam hal menguasai wacana public ada baik nya atau ada penting nya media ada yang kita “pegang” sekali lagi bukan mengusasai media, tetapi bagaimana ada salah satu media besar yang berpengaruh dan kita memegang dan menopangnya. Dan issue maker itu (sekali lagi dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki) adalah media dan akan saling memperkuat dengan media yang lain. Disinilah diperlukan para “orang-orang cerdas untuk mengisi lembaga-lembaga yang berpengaruh di negeri ini. Lebih jauh kita memerlukan (bahasa saya) “bocah-bocah pintar” bocah = pemuda, pemuda (pemuda). Untuk menyusun apa kelanjutan dari pondasi yang sudah di bangun para pemuda dan para pembangun peradaban, khusus untuk bocah-bocah pintar ini, mereka setidaknya harus luar biasa dengan menguasai ilmu agama dan ilmu-ilmu keduniawian (walaupun semua pasti berhubungan dengan agama). Mereka akan terus menerus belajar sampai liang lahat dan tidak akan pernah berhenti sampai institusi negara sebagai “sarana” untuk berdakwah tercapai
Apakah berhenti? Tentu tidak, belum lagi jika ada isolasi politik yang dilakukan musuh-musuh islam, sebelum itu terjadi, koalisi sudah harus diabangumn sebelum mencapai tahap sarana negara. Dalam setiap perubahan pasti ada celah dimana ada sesuatu hal lain yang terjadi selain perubahan itu sendiri, seperti kemunculan Indonesia di tengah perang dunia ke dua, bukan hanya menunggu momen tapi bagaimana menciptakan momen dan dan mengambil peluang dan tentunya dengan menganalisis berbagai hal. Selain itu, politik adalah dunia yang abu-abu, walaupun tidak semua berpendapat seperti itu tetapi paling tidak kita harus akui bahwa ini dunia “liar”. Tempat dimana semuda ide dari yang paling baik dan yang paling gila atau bahkan tidak manusiawi bisa diterima disini. Selain itu semakin liar politik ini, mungkin bisa mengurangi “sense” apalagi ilmu dan ibadah.

  
Berhati-hati dan membangun benteng iman dengan doa dan al-Qur’an agar terhindar dari kedangkalan, kebodohan, ketidakmatangan.
Setelah mengoreksi diri sendiri atau secara individu, setelah itu kita mengenal mekanisme syuro, mekanisme dimana diputuskan secara berjama’ah dalam berbagai hal yang memang memerlukan keunggulan pemikiran kolektif. Lalu karena syuro ini bertujuan dan dilakukan karena Allah SWT, kita bertenang-tenang saja, tentu saja tidak . Syuro ini mengedepankan asas berjama’ah dan unggul hanya karena mengkolektifkan gagasan daripada hanya individual. Karena itu bersifat relative dan hal penting disini adalah bagaimana mengantisipasi jika terjadi ketidaktepatan. Seiring dengan realativitas keputusan syuro, maka juga relatf untuk mengubah segala keputusan yang sudah dibuat. Insya Allah prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Lalu jika terjadi kesalahan, resiko bisa ditanggung bersama dan tidak dibebankan kepada satu orang.
Satu hal lagi tentang syuro, alangkah tidak lengkap apabila kita tidak membahas tentang mengelola “ikhlas dalam ketidaksetujuan”. Tunggu, sebelum tidak setuju, alangkah baiknya kita kembali melihat dalam sendiri terlebih dahulu. Jika kita berpendapat, apakah itu berdasarkan pengalaman yang jelas atau ilmiah yang mendalam? Atau hanya lintasan pikiran? Dalama mekanisme syuro hindari lintasan pikiran apalagi sampai terbawa nafsu hanya karena lintasan pikiran yang dipertahankan. Saya akui bahwa terkadang ada inspirasi atau bahkan ide yang menarik, tetapi jika dilhat alangkah baik nya dengan langkah yang sudah diketahui bahwa langkah itu menuju ke tempat yang benar. Kedua, apakah ada “obsesi jiwa” atau kepentingan pribadi dalam pandapat kita? Ini harus dihentikan dari dalam, bukan dari luar berhenti memenangkan gengsi. Lalu apabila pendapat kita benar, pendapat yang diputuskan adalah pendapat yang salah, maka yang harus dipertahankan adalah keutuhan jama’ah. Sesungguhnya kita akan belajar banyaktentang keikhlasan disini, belajar melapangkan dada.
 Di buku ini juga dibahas akan pentingnya membaca zaman, sangat esensi dalam hal memindahakan atau memutuskan sesuatu terkait perkembangan zaman. Dengan tentu mempunyai metode yang bervariasi dalam menghadapi perkembangan zaman. Selain itu membaca pikiran juga menentukan seberapa jauh orang dapat mempengaruhi sikap dan pikiran. Adalah bagaimana menemuka pemikiran inti dari bernagai macam pikiran yang orang lain gunakan walaupun bisa saja buka yan terpikirkan oleh mereka. Lalu optimism yang sering dipadukan dengan objektivitas bisa membuat kita melupakan data-data yang lain termasuk data esensi yang digunakan musuh. Anrtara sikap ekstrim yang terlalu meremehkan musuh dan sikap ekstrim yang terlalu membesarkan musuh, jebakan kedua sikap itu yang selanjutnya membuat optimis dan pesimis secara berlebihan.
Syukur alhamdulillah bahwa kita adalah bagian dari dakwah ini, menjadi bagian yang apabila paling tidak membuat kita “malu” dan “sadar” saat akan atau sedang atau setelah  melakukan kesalahan. Itulah yang membuat performansi terutama dalam biang moral kita kuat. Masalahnya adalah belumnya semua lembaga yang didalamnya membutuhkan spesialis berasal dari golongan para kader dakwah ini. dan itu berarti kita juga memerlukan kapsitas leadership, ekonomi, politik, budaya, dan spesialis dalam bidang keilmuan lainnya supaya kita bisa menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang siap diberi amanah mengelola suatu negara, (saya bermimpi, bukan hanya negara, tapi menguasai PBB atau paling tidak menunjukkan taring seperti Ahmadinejad).